Kita Mulai Menjadi Bangsa Yang Kebas
TENTULAH ada yang sempat merasakan bahawa bangsanya kini sedang mulai kebas. Banyak peristiwa berlaku hampir secara memburu—khususnya soal pertarungan kuasa yang ternyata amat berat sebelah.
Dan, ini, sengaja dimungkinkan oleh media arus perdana yang tampaknya memang cenderung menjadi media arus durjana. Media begini cenderung, malah sengaja, menghantar atau mengapungkan hanya berita-berita sebelah pihak. Kita hadir, mereka tidak. Kita penting, mereka tidak. Malah, kita benar, mereka tidak. Begitulah.
Segala yang buruk tetap saja di pihak oposisi; sedang yang baik pasti saja di pihak pemerintah. Dengan begitu, kita hanya “dibenarkan” atau “dipaksa” untuk melihat hanya wajah—dan batin—bangsa yang sebelah saja.
Selalunya, malah sentiasa, kita digesa menelan kisah-kisah buruk pihak oposisi saja. (Kisah video lucah contoh klasiknya). Dan oleh ulangan itu, apalagi oleh kekerapannya, maka yang terlihat hanya oposisi yang racun. Di pihak pemerintah sentiasa penawar.
Pihak oposisi tidak punya media yang cukup untuk melawan. Berjuang hanya dua kali seminggu—melalui akhbar tabloid kurusnya—melawan gergasi media arus perdana (akhbar, radio dan TV terbanyaknya) yang seharmal itu, tentulah ia satu perlawanan berat sebelah yang amat lucu. Maklum, yang seorang didera menggunakan keris, sementara yang seorang lagi diwajibkan menggunakan meriam.
Barangkali memang itulah demokrasi a la negara kita.
Kerana demikian keadaannya (maksudnya, kesombongan media arus perdana yang seharmal itu), maka rakyat terbanyak tidak sempat, malah tidak cekap, menyaring fakta dan mewaras tohmah yang ghairah terhidang dalam media yang berat sebelah.
Tampaknya, kita sengaja diasuh untuk menerima saja apa yang dicurahkan oleh media arus perdana. Kerdipan tajuk-tajuk utama berita membenamkan kebenaran yang memangnya ingin dibenamkan. Maka itulah kita mula menjadi bangsa yang kebas.
Tampaknya, kita sengaja diasuh untuk menerima saja apa yang dicurahkan oleh media arus perdana. Kerdipan tajuk-tajuk utama berita membenamkan kebenaran yang memangnya ingin dibenamkan. Maka itulah kita mula menjadi bangsa yang kebas.
No comments:
Post a Comment